Pelestarian Sastra Daerah di Bangka Belitung Suatu Upaya Pemertahanan Budaya

1. Pendahuluan
Bangka Belitung awalnya merupakan bagian dari Provinsi
Sumatera Selatan. Di era reformasi pada tahun 2000 melalui Undangundang
nomor 27 terbentuklah Provinsi Bangka Belitung. Secara
kultural Bangka Belitung merupakan rumpun Melayu, demikian juga
bahasanya masuk dalam rumpun bahasa Melayu Bangka dan Melayu
Belitung.
Melalui media bahasa daerah tersebut muncullah beberapa
karya yang ditulis oleh para penulis daerah. Kebanyakan dari para
penulis sastra tersebut menggunakan bahasa Indonesia. Bahasa yang
digunakan masyarakat Bangka Belitung tidak mengenal tingkatan
sepertinya bahasa Jawa atau Sunda. Untuk mengungkapkan hal-hal
yang bersifat formal menggunakan bahasa Indonesia sedangkan untuk
mengukapkan hal-hal yang bersifat nonformal menggunakan bahasa
Melayu Bangka atau Melayu Belitung.
Sastra sebagai produk budaya yang diungkapkan melalui bahasa
tulis dan bahasa lisan banyak menyimpan berbagai produk kehidupan
yang tersimpan dalam cetakan seperti buku dan media lainnya. Produk
kehidupan yang terungkap tadi dapat berupa gambaran dan prilaku
manusia dan pada akhirnya menjadi budaya yang dipertahankan secara
terus menerus. Sehingga cukup banyak budaya Bangka Belitung yang
diimplementasikan ke dalam bentuk karya sastra daerah.

2. Sastra Babel dari Masa ke Masa
Belum ada data tertulis yang berbentuk literatur dalam
mengungkapkan kapan dimulainya sastra daerah di Bangka Belitung.
Miskinnya leteratur ini menyebabkan sulitnya mengungkapkan
keberadaan sastra daerah. Selain itu, budaya masyarakat Melayu
Bangka yang lebih suka menggunakan sastra lisan daripada sastra tulis.
Untuk kasus jenis sastra drama tradisonal seperti dulmuluk yang cukup
dikenal di masyarakat Bangka Belitung juga mengalami kesulitan
mencari naskah yang telah dibukukan.

Sastra Babel yang dimaksud pada makalah ini adalah karya
sastra yang sebagian isinya membicarakan permasalah daerah Bangka
Belitung. Jadi, lebih menekankan pada hasil karya dan tidak
menekankan pada penulisnya. Artinya penulis bisa saja berasal dari
daerah lain tetapi isi dari karya sastra tersebut membicarakan masalah
daerah Bangka Belitung secara universal.

Apabila berbedoman kepada pembatasan tersebut di atas maka
karya sastra daerah Babel yang telah dibukukan sebagai usaha
pelestarian dapat berupa:
Cerita Bangka yang diterbitkan di Luar Negeri:
1. Cerita Bangka, Het verhaal van Bangka, karya E.P. Wieringa,
Vakgroep Talen en Culturen van Zuidoost-Azie en Oceanie
Rijksuniversiteit Leiden, 1990.
Pantun, Puisi, dan ”Gurindam”
1. Pantu Melayu Bangka Selatan, Editor L.K.Ara, Yayasan Nusantara,
2004.
2. Pangkalpinang Berpantun, Editor LK Ara dan Suhaimi Sulaiman,
Dewan Kesenian Kota Pangkalpinang, 2004.
3. Bangka Belitung Bercahaya dalam Pantun dan Puisi, Editor LK Ara
dan Suhaimi Sulaiman, Dewan Kesenian Kota Pangkalpinang, 2005
4. Kelekak, Editor LK Ara dan Suhaimi Sulaiman, Dewan Kesenian
Kota Pangkalpinang dan Yayasan Nusantara, 2005.
5. Langit Senja Negeri Timah, LK Ara, Yayasan Nusantara, 2004.
6. Ngintip Kita Punya Negeri, Kumpulan Gurindam Negeri Serumpun
Sebalai, Roestam Rabain, (Proses Penerbitan).
7. Gurindam Abad 21, Berkelana di Padang Fana, H.Eko Maulana
Ali, Bangka Pelanduk, 2005.

Cerita Rakyat:
1. Legenda Rakyat Bangka, Sang Benyawe sampai Tanjung Penyusuk,
Asyraf Suryadin Amsyar dan Tien Rostini, Dewan Kesenian
Bangka, 2000.
2. Cerita Rakyat Bangka, Putri Gunung Kelumpang ke Air Limau,
Asyraf Suryadin Amsyar dan Tien Rostini, Dewan Kesenian
Bangka, 2000.
3. Cerita Rakyat Bangka Belitung, Editor Asyraf Suryadin dan Tien
Rostini, HISKI, 2008.
4. Megat Merai Kandis (Bangka), Sulaiman dan Koko P.Bhairawa,
Grasindo, 2005.
5. Asal Mula Bukit Batu Bekuray (Cerita Rakyat dari Bangka
Belitung), Koko P.Bhairawa, Azka Mulia Media, 2007.
6. Tahta dan Mahkota di Istana Kota Kapur (Bagian 1 dan 2), Sutarno
ZA, Pemda Bangka, 2000.

Ungkapan Tradisional dan Kamus Daerah
1. Ungkapan Tradisional Kota Pangkalpinang, Editor Akhmad Elvian,
Bidang Kebudayaan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota
Pangkalpinang, 2006.
2. Kamus Bahasa Daerah Indonesia Bangka dan Belitung, Hartini dkk,
Yayasan Annisa Nurrizki Pangkalpinang, 2003.
Selain karya sastra daerah seperti tersebut di atas terdapat juga
karya-karya lain yang berbentuk roman, kumpulan cerpen, kumpulan
puisi, dan novel yang diterbitkan oleh organisasi profesi seperti HISKI
(Himpunan Sarjana-Kesusastraan Indonesia) dan penerbit lainnya.
Seperti Kehilangan Mestika karya Hamidah, Laskar Pelangi karya
Andrea Hirata, Antologi 99 Puisi 99 Penyair, Puisi Bingung Seorang
Guru Editor Asyraf Suryadin, Kumpulan Cerpen Guru Teladan karya
Tien Rostini dkk. serta beberapa lagi kumpulan cerpen dan novel yang
telah berbentuk buku yang diterbitkan oleh HISKI.

3. Publikasi Sastra Daerah Babel
a. Media massa koran
Pada prinsipnya media massa berkewajiban mengembangkan
seni dan budaya daerahnya masing-masing. Kewajiban ini terkait
dengan fungsi pers sebagai media informasi, pendidikan, hiburan, dan
kontrol sosial. Hal ini membuktikan media massa tidak semata-mata
mengejar profit, tetapi juga memiliki idialisme dalam memajukan seni
dan budaya khususnya di daerahnya Bangka Belitung. Walaupun ada
kalanya ruang budaya yang satu halaman penuh tersebut adakalanya
disisipi juga dengan iklan dengan cara mengilangkan bagian opini
budaya.

Minimal ada tiga koran daerah di Bangka Belitung yang setiap
minggunya menampilkan ruang budaya. Ketiga koran tersebut adalah
Harian Pagi Bangka Pos, Bangka Belitung Pos, dan Rakyat Pos. Dari
ketiga koran tersebut yang sangat menarik adalah Bangka Pos karena
menampilkan puisi Amang Ika yang ditulis dalam bahasa Melayu
Bangka. Puisi tersebut telah ditulis sejak Desember 2007. Awalnya
dipublikasikan dalam bahasa Indonesia, kemudian dalam
perkembangan berikutnya menggunakan bahasa Melayu Bangka dan
setiap penampilannya dilengkapi dengan foto Amang Ika.

Berikut ini contoh syair Amang Ika yang dimuat pada Bangka
Pos tersebut:
HIKAYAT SI MAUN
ADA seorang bernama Maun
Hidup miskin bertahun-tahun
Siang dan malam duduk melamun
Berharap harta bagai Si korun
Tinggal di dusun bersama ibunya
Munah Saklamah ia punya nama
Maun disayang setulus hatinya
Bak mutiara tiada bandingnya
Walau badan tinggallah kulit
Hidup susah tak terasa sulit
Munah Saklamah menampal bukit
Berharap Maun menggapai langit
…………………………………….
Kelekak Lukok, D esember 2007
Berikut ini contoh Amang Ika yang dibuat dalam bahasa Melayu
Bangka seperti berikut ini.

TANJUK PELITA
Cem ne lah kisah dari dulu
Tiap ari mati lampu
Entah sengajak entah belagu
Amang Ikak imang dak tau
Tiap kampong lah dibuat gilir
Di sine idup di sane ngalir
Kampong begelep membuat getir
Teringat idup di zaman menir
Janji kek rakyat dak salah-salah
Bakal dibangun listrik yang mewah
Betaon-taon nunggu pon lelah
Sampai sekarang lom ade lah
Soal rekening dak usah ditanyak
Tiap bulan maken membengkak
Telambat bayar dirik disegak
Kwh dicabut mun lah lame nunggak
Keluhan rakyat mohon dipecah
Jangen dibuang dalam tong sampah
Idup melarat betambah susah
Tanjuk pelita minyak ge payah
Ikak pejabat imang dak mengalam
Tanjuk pelita di waktu malam
Kami rakyat benar-benar paham
Bangon tiduk lubang idong beritam
Tanjuk pelita membuat runyam
Serade gawi menjadi pitam
Karena pandangan sedikit kelam
Ngancoh kupi setarok kek garam
Amang Ikak ukan mendongeng
Lebih-lebih nek mukak koreng
Mun salah jangen dikerangkeng
Kalok benar mohon diconteng
Jadi pejabat nek tahan ati
Rakyat sekarang lah pandai ngoreksi
Basa-basi dak laku lagi
Kalok dikritik jangen emosi
Lebih-lebih nek ngadep pilkada
Pesan dititip janganlah lupa
Buat lah rakyat jadi sejahtera
Jangen agik tanjuk pelita (*)
Kelekak Lukok, April 2008

Apabila Anda perhatikan pada syair di atas terdapat tokoh
Amang Ika. Kata Amang Ika dalam bahasa Melayu Bangka berarti
Paman Anda. Pada puisi tersebut Amang Ika selalu bercerita tentang
keadaan yang terjadi di Bangka Belitung baik yang berlatar sosial,
keadaan alam Babel, politik, budaya, dan lain sebagainya. Contoh di
atas merupakan syair yang berlatar sosial yang menggambarkan krisis
listrik di Bangka Belitung.

b. Penerbitan lokal
Penerbitan lokal sangat berpengaruh dalam mengembangkan
budaya daerah. Penerbitan tersebut di antaranya mengembangkan
tradisi penerbitan buku-buku yang membicarakan tentang Bangka
Belitung, misalnya buku Translitersi dan Kandungan Fath al ’Alim fi
Tartib al Ta’lim Syaikh Abdurrahman Sidik yang diterbitkan oleh
Shiddiq Press, STAIN Syaikh Abdurrahman Siddik. Buku tersebut
merupakan pemikiran dari Syaikh Abdurrahman Sidik yang kemudian
diterjemakan oleh civitas akademika STAIN.

Selain itu, terdapat juga penerbit lain seperti UBB Press yang
dikelolah oleh Universitas Bangka Belitung, HISKI Bangka Belitung,
dan Bangka Media Grafika/Bangka Pos. Kebanyakan penerbitan lokal
tersebut masih menerbitkan buku-buku yang ditulis oleh penulis lokal
dengan berlatar budaya dan daerah Bangka Belitung.

c. Media elektronik
Media elektorik cukup efektif dalam usaha pemertahanan
budaya. Media yang dapat membantu pemertahanan budaya tersebut
diantaranya RRI Sungailiat. Media tersebut setiap minggunya
menampilkan siaran Sastra dan Budaya yang dilakukan secara langsung
dan bersifat interaktif. Berbagai budaya dan sastra Bangka Belitung
dikupas secara tuntas dengan menampilkan tema yang cukup beragam.
Semua itu dilakukan dalam usaha mengenalkan budaya dan sastra
Bangka Belitung hingga ke pelosok yang sulit terjangkau oleh media
lain.

4. Sastra Daerah dalam Pemertahanan Budaya
Apa yang dapat ditarik dari karya sastra dalam hal
pemertahanan budaya? Banyak sekali yang dapat diambil dari karya
sastra, apalagi yang berkenaaan dengan hasil karya yang mengarah
pada budaya. Budaya Bangka Belitung yang sering dibicarakan dalam
karya sastra adalah budaya menghomati orang lain dan budaya
mempertahankan harga diri, budaya humor, dan budaya monumental.

Berikut ini penjelasan dari beberapa budaya yang sering ditemui
dalam karya sastra daerah di Bangka Belitung.
a. Budaya menghormati orang lain dan budaya mempertahankan
harga diri
Karya sastra daerah yang dibuat oleh para sastrawan daerah pun
banyak yang membeberkan budaya menghormati dan menghargai
perbedaan agama. Tidak hanya itu, ada kalanya ditemui juga budayabudaya
untuk mempertahankan harga diri. Karya Roestam Robain
dalam Ngintip Kita Punya Negeri yang berjudul Gong Xi Pacai (hal:
45) membicarakan masalah budaya ini.
Imlek 2002/2553 Gong Xi Pacai
Tahun kuda air kerja lebih giat jangan cai-cai
Begitu pesan dari Jakarta suhu Acai
Konyan di Babel dimeriahkan dengan barongsai
———————————————————————

Demi menjaga Babel tetap harmonis
Jangan masukkan paham itu komunis
Jangan pula nonjol harta budaya suku dan etnis
UUD 45 dan Pancasila pedoman yang sudah finis
b. Budaya humor
Belum dapat dikatakan masyarakat Bangka Belitung kalau
belum mengenal tokoh dalam cerita rakyat Pak Udak dan Mak Udak.
Tokoh lucu yang suka belapun pelanduk ini kalau di Jawa Barat
disamakan dengan si Kebayan. Berikut ini contoh budaya humor dalam
cerita rakyat yang dimaksud:
………………………………………………………………………………………….
Nasib kurang beruntung bagi Pak Udak dan Mak Udak, karena
belum mempunyai anak walaupun telah lama berumah tangga. Karena
itu, Pak Udak bermaksud akan mencari perempuan lain untuk dijadikan
istri kedua. Pak Udak pun mengemukakan maksudnya kepada Mak
Udak. Sebagai istri yang bijak maksud Pak Udak disetujui oleh istrinya.
Tetapi Mak Udak minta kepada Pak Udak akan mencari sendiri
perempuan untuk istri muda Pak Udak. Maka mulailah Mak Udak
membuat jalan di dalam hutan rimba.
Beberapa hari kemudia jalan pun selesai dibuat Mak Udak dan
perempuan yang dicari pun telah ditemuinya. Pak Udak boleh datang
untuk meminang perempuan itu pada malam hari. Segala nasihat
istrinya dituruti oleh Pak Udak. Pak Udak pergi untuk menemui
perempuan yang dikatakan Mak Udak. Sementara itu, Mak Udak mulai
menghias diri memakai pakaian serba bagus dan wangi-wangian
Pak Udak sangat gembira bertemu dengan calon istri mudanya.
Perempuan itu setuju dipinang Pak Udak, hanya saja perlu disepakati
kalau ke istri muda pada malam hari dan tidak boleh siang hari. Pak
Udak setuju akan permintaan perempuan itu yang penting pinangan Pak
Udak diterima. Jika giliran Pak Udak di rumah istri tua, Mak Udak
berbuat seperti biasa, tetapi jika giliran Pak Udak di rumah istri muda,
Mak Udak pun mulai menghias diri dengan berpakaian serba bagus.
Mak Udak pun selalu tertawa sendiri memikirkan akan kebodohan Pak
Udak.

Akhirnya, rahasia itu terbongkar juga ketika Pak Udak sedang
berbaring-baring melepaskan lelah terlihat oleh Pak Udak jeratan
pelanduknya. Sekarang sadarlah Pak Udak bahwa ia telah ditipu oleh
istrinya, Mak Udak.

c. Budaya monumental
Banyak judul puisi atau judul prosa yang diambil dari namanama
tempat atau daerah. Di Bangka Belitung. Antologi puisi Langit
Senja Negeri Timah karya LK Ara memuat nama-nama tempat
tersebut, misalnya puisi dengan judul Parai yang mengingatkan kita
terhadap keindahan pantai yang berada di kota Sungailiat Bangka.
Selain itu, terdapat juga judul-judul yang lain seperti nama daerah
Belinyu, Sungailiat, Toboali, Baturusa, Pantai Pasir Padi, dan Sungai
Buding. Nama-nama tersebut mengingatkan kita akan daerah Bangka
Belitung yang pada akhirnya dapat mendatangkan kerinduan terhadap
daerah tersebut.

Dalam cerita rakyat juga banyak ditemukan judul-judul yang
menggunakan nama tempat. Misalnya cerita rakyat Asal Mula Bukit
Batu Bekurai, Megat Merai Kandis, Sang Benyawe sampai Tanjung
Penyusuk, dan Putri Gunung Kelumpang ke Air Limau.

5. Penutup
Berbagai budaya yang terimplementasi dalam sastra daerah
seperti yang terungkap di atas dapat mempersatukan masyarakat di
daerah Bangka Belitung dan akhirnya persatuan tersebut semakin
memperkokoh dalam mempersatukan bangsa Indonesia. Selain itu,
sebagai alat mempertahankan budaya lokal yang saat ini semakin
terkikis akibat globalisasi.

DAFTAR PUSTAKA
Ara, LK. Langit Senja Negeri Timah (Antologi Puisi). Pangkalpinang:
Yayasan Nusantara. 2004.
Harmi, Zulkifli dkk. Translitersi dan Kandungan Fath al Alim fi Tartib
al Ta’lim Syaikh Abdurrahman Siddik. Sungailiat: Shiddiq
Press. 2006.
Liaw, Yock Fang. Sejarah Kesusastraan Melayu Klassik. Singapura:
Pustaka Nasional.
Robain, Roestam. Ngintip Kita Punya Negeri (Kumpulan Gurindam
Negeri Serumpun Sebalai). Pangkalpinang: Tanpa Penerbit.
2004.
Wieringa, E.P. Carita Bangka Het verhaal van Bangka. Leiden:
Vakgroep Talen en Culturen. 1990

Asyraf Suryadin
Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Bangka Belitung

4 Tanggapan

  1. maju terus urang bangka…

  2. Pada Tanggal 20 Oktober kami Dinas Kebudayaan,Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kota Pangkalpinang akan menyelenggarakan Seminar dalam rangka Revitalisasi dan Reaktualisasi budaya lokal tentang Bahasa Derah Melayu Dialek Pangkalpinang, bagi yang berkenan hadir silahkan tempatnya di Hotel Bumi Asih jalan Jenderal Sudirman Pangkalpinang pukul 8.00 WIB sampai selesai dan Gratis

  3. Pada Tanggal 20 Oktober kami Dinas Kebudayaan,Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kota Pangkalpinang akan menyelenggarakan Seminar dalam rangka Revitalisasi dan Reaktualisasi budaya lokal tentang Bahasa Daerah Melayu Dialek Pangkalpinang, bagi yang berkenan hadir silahkan tempatnya di Hotel Bumi Asih jalan Jenderal Sudirman Pangkalpinang pukul 8.00 WIB sampai selesai dan Gratis

  4. maju terus Belitong…… dan teruslah Belajar Bahasa Melayu Belitong

Tinggalkan komentar